Bagi para pembudidaya cabai, layu karena jamur tular tanah atau Fusarium oxysporum merupakan penyakit yang sering dijumpai. Penyakit ini cepat menyebar pada saat intensitas hujan tinggi seperti kondisi belakangan ini, dimana BMKG memprediksi sejumlah wilayah di Indonesia pada bulan Mei akan mengalami curah hujan tinggi dan ringan akibat fenomena El Nino.
NutrisI tepat pada tanaman untuk meminimalisir apotensi Fusarium |
"Jika menemukan daun tanaman cabai tua yang dekat dengan tanah tampak berubah warnanya menjadi kekuningan itulah gejala awal terserang Fusarium sp. Daun tersebut akan layu dan mengering. Pada cabai yang masih muda, Fusarium sp. dapat menyebabkan kematian mendadak. Layu Fusarium ini momok terbesar untuk petani cabai karena menurunkan hasil produksi, terlebih saat hujan turun karena mempercepat penyebaran," papar Manager Area PT Meroke Tetap Jaya wilayah Sumatera Barat Alan Wahyudi.
Lanjut Alan, biasanya petani yang menemukan tanamannya terserang Fusarium sp. akan mencabut dan membuang tanaman tersebut, padahal Fusarium sp. masih dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama di dalam tanah. Dan, berpotensi menyebar ke tanaman lain melalui akar.
Sementara itu, menurut penelitian Semangun (2005), Fusarium sp. menginfeksi akar lain dengan menggunakan tabung kecambah atau miselium melalui akar kemudian menetap dan berkembang di berkas pembuluh hingga mencapai xylem. Kondisi ini akan mengganggu peredaran nutrisi dan air pada tanaman yang membuat tanaman menjadi layu. Jamur ini pun dapat bertahan lama bertahan secara alami di dalam tanah.
"Ada banyak faktor-faktor yang menyebabkan cepatnya perkembangan jamur Fusarium sp. di antaranya tanah yang terlalu basah atau becek, pH tanah yang rendah dengan kisaran 4,5-6.0, suhu tanah antara 10-24 derajat Celsius, dan kelembaban udara yang tinggi," lanjut Alan.
Selain faktor-faktor tersebut, berdasarkan penelitian Semangun (1996), pada banyak negara diketahui bahwa serangan layu Fusarium lebih berat bila tanah mengandung banyak Nitrogen, namun miskin Kalium.
Sedangkan dari penelitian Saiful Anam (2008), diketahui pemberian pupuk yang mengandung Kalium tinggi membuat intensitas serangan layu Fusarium sp. lebih rendah karena Kalium berfungsi meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan patogen.
"Pencegahan terbaik untuk layu Fusarium ini adalah dengan mengecek pH tanah sebelum menanam cabai (pH yang aman 6-7), menjaga sanitasi agar tanaman tidak terendam saat hujan tiba, dan memberikan nutrisi yang tepat," ucap Alan.
Untuk pemberian nutrisi ini, Alan merekomendasikan pupuk Kalium tinggi dari PT Meroke Tetap Jaya, yaitu NPK Mutiara GROWER 15-09-20 yang digunakan sebagai pupuk kocoran pada 5-18 MST. Ataupun, SuburKali BUTIR yang merupakan pupuk Kalium bebas Klor yang dapat dipakai sebagai pupuk dasar (sebelum tutup mulsa).
"Untuk memperkuat dinding sel dari serangan layu Fusarium, saya menyarankan menggunakan KARATE PLUS BORONI yang mengandung Kalsium dan Boron. Pupuk tersebut bisa digunakan bersamaan dengan NPK Mutiara GROWER 15-09-20 pada 5-18 MST," saran Alan.
Kalsium sendiri adalah unsur hara yang berperan sebagai bahan penguat dinding sel serta perekat antara dinding-dinding sel dalam jaringan tanaman. Dengan dinding sel yang lebih kuat dan sehat, maka hasil panen cabai memiliki daya simpan lebih panjang, tidak mudah busuk, dan mengurangi penyusutan setelah panen.
0 komentar